Guru Pembelajar Mengajar dengan Bahagia | Sumbarpro

Guru Pembelajar Mengajar dengan Bahagia

Oleh: Idra Putri (Guru MTsN 1 Padang)

by Redaksi
A+A-
Reset

‘GURU Pembelajar, Bahagia Mengajar’ menjadi tema pada Peringatan Hari Guru Nasional RI ke-78 tahun 2023. ‘Pembelajar’ adalah kata dalam bahasa Indonesia yang dapat diartikan sebagai seseorang yang sedang belajar atau mencari pengetahuan. Dalam konteks pendidikan, ‘pembelajar’ mengacu pada individu yang terlibat dalam proses pembelajaran, baik di sekolah, perguruan tinggi, atau melalui pengalaman belajar mandiri.

Pembelajar bisa merujuk pada siswa, mahasiswa, atau guru yang aktif terlibat dalam kegiatan belajar. Konsep ini menekankan ide bahwa belajar adalah suatu proses yang berkelanjutan sepanjang hidup dan dapat terjadi di berbagai konteks. Sebagai pembelajar, seseorang mungkin menggunakan berbagai sumber, seperti buku, internet, pengalaman praktis, atau interaksi dengan orang lain, untuk meningkatkan pengetahuannya dan mengembangkan keterampilan.

Dengan demikian, menjadi pembelajar merupakan aspek penting dalam pengembangan pribadi dan profesional seseorang
Guru, sosok yang dituntut selalu belajar memberikan hal yang dianggap wajar bagi generasi penerus bangsa. Guru menjadi figur yang akan ditiru, makanya harus tetap dan selalu belajar, sehingga bisa mengupdate keilmuwannya setiap saat. Guru sosok yang akan ditiru dan digugu idealnya memberikan pencerahan dan keindahan bagi generasi penerus bangsa.

Guru pembelajar sudah disematkan pada namanya, sesuai dengan harapan bersama. Guru menjadi nilai tidak terbantahkan untuk selalu di depan menjadi acuan dan motivator. Guru akan selalu menjadi role model bagi semua, karena imagenya sudah terbentuk untuk mengharumkan. Sejatinya hal itu selalu terjaga dan terpelihara sepanjang masa. Maka tidak salah istilah pembelajar menjadi acuan pada HGN kali ini.

Sementara itu ‘guru bahagia’ mengacu pada seorang pendidik atau guru yang merasakan kebahagiaan dalam pekerjaannya. Kebahagiaan seorang guru dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, passion for teaching (passion dalam mengajar). Guru yang memiliki hasrat atau semangat dalam mengajar cenderung merasa lebih bahagia. Keinginan untuk berbagi pengetahuan dan membantu siswa tumbuh berkembang dapat menjadi sumber kepuasan. Kepuasan tersebut menciptakan kebahagiaan dari dalam diri.

Kedua, hubungan yang positif dengan siswa. Interaksi positif dengan siswa dapat meningkatkan kebahagiaan seorang guru. Menciptakan hubungan yang baik dengan siswa, mendukung pertumbuhan mereka, dan melihat kemajuan mereka dapat memberikan rasa pencapaian dan kebahagiaan. Seorang guru akan ikut bahagia melihat pencapaian anak didiknya, karena sejatinyalah seorang guru juga manusia, butuh perhatian dan sentuhan.

Ketiga, pencapaian pribadi dan siswa. Merasakan kebanggaan atas pencapaian pribadi dan prestasi siswa dapat memberikan kepuasan yang mendalam bagi seorang guru. Kepuasan tersebut tidak perlu diungkapkan secara nyata, namun semua tersirat melalui kenyamanan dari bertindak.

Keempat, dukungan dari madrasah/ sekolah dan rekan kerja. Lingkungan kerja yang mendukung dan hubungan yang baik dengan rekan kerja juga dapat berkontribusi pada kebahagiaan seorang guru. Dengan lingkungan kerja yang nyaman berpeluang melahirkan banyak kebahagiaan di dalamnya, karena kebahagiaan tentunya menjadikan kesenangan.

Kelima, kemampuan untuk berkembang dan belajar. Guru yang memiliki kesempatan untuk terus belajar dan berkembang profesional dapat merasa lebih bahagia. Ini bisa melibatkan pelatihan, pengembangan karir, atau peluang untuk menghadiri seminar dan konferensi. Kesempatan untuk maju berkembang pesat di era millenial dengan sejuta pesona dan perkembangan.

Guru pembelajar akan dengan mudah menerima semua bentuk perkembangan tanpa menjadikan tantangan. Guru bahagia akan menikmati setiap proses yang dilalui menuju kebahagiaan. Keenam, pengakuan dan apresiasi. Merasa diakui dan dihargai oleh siswa, orang tua, dan pihak madrasah/ sekolah dapat menjadi sumber kebahagiaan bagi seorang guru. Guru merupakan manusia dewasa yang juga butuh pengakuan dan apresiasi.

Dengan adanya pengakuan dan apresiasi tersebut semangat guru untuk maju dan berkembang akan semakin tinggi. Ketika guru merasa bahagia, hal ini tidak hanya berdampak positif pada kehidupan pribadinya, tetapi juga dapat membawa dampak positif pada kualitas pengajaran dan pembelajaran di kelas.

Oleh karena itu, penting bagi sistem pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan memotivasi guru agar dapat mencapai kebahagiaan. Selain itu, di tengah perjuangan guru menaklukan era digital, idealnya guru tetap bahagia menikmati setiap prosesnya. Sesulit apapun kondisi, namun kebahagiaan tetaplah diutamakan. Guru bahagia tercermin dari sikap luwes dan senangnya menghadapi anak didik. Guru bahagia tidak hanya di kelas, namun juga tercermin dari semua tingkah dan polanya. Dengan kebahagiaan, maka kesenangan akan muncul beriringan.

GURU PEMBELAJAR, GURU CERDIG

Guru Cerdig (Cerdas Digital) tidak pernah mengeluh untuk menaklukkan dunia. Seberat apapun tantangan yang dihadapi, namun perjuangan untuk sebuah kemenangan tetap menjadi acuan. Guru Cerdig tidak kenal lelah untuk belajar dan belajar. Hal ini juga sejalan dengan maksud surat Al Mujadalah (58) ayat 11 yang menjelaskan keutamaan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Orang yang rajin belajar pastilah berilmu, namun sebaliknya orang yang berilmu pastilah melewati berbagai proses untuk mewujudkan impiannya. Proses tersebut menandakan perjuangan untuk sebuah kata ‘bahagia’. Semoga seluruh guru di negeri ini selalu bahagia baik dalam mengajar maupun dalam menikmati setiap momen perjalanan nasib. Salam bahagia! *